LAMBANG :
Gambar lingkaran berwarna kuning berarti kesatuan dalam wadah
kekeluargaan yang diikat dengan keaktifan di bidang olahraga sepatu
roda. Gambar sepasang remaja berarti kegiatan olahraga ini ditunjang dan
diikat oleh anak-anak dan remaja yang lincah, bergerak aktif dalam
sportifitas pembinaan fisik da mental remaja Indonesia. Gambar
obor/pelita dan lingkaran, sesuai dengan api abadi/obor olimpiade yang
terus menyala menerangi dan memancar serta memberikan semangat terus
menerus tiada putusnya dengan kesadaran berbahasa satu berbangsa satu
dan bertanah air satu Indonesia.
Sejarah
Olahraga
sepatu roda berasal dari negeri Belanda, diciptakan sekitar abad ke 17
oleh seorang penggemar ice skating. Dia ingin mengubah permainan ice
skating menjadi permainan yang dapat bergerak di atas tanah atau jalan
keras.
Tahun 1763 Joseph Marlin seorang teknisi Belgia dan pembuat alat-alat
musik mencoba berlari dengan peralatan ice skating yang dilengkapi
dengan roda kecil dari besi, tapi tidak bias berkembang pada waktu itu
karena ada larangan pemerintah Belanda bermain sepatu roda di jalan
raya. Tahun 1863 sorang bernama James Leonard Plimton’s pencipta
“rocking Skate yang kemudian ia patenkan menjadi sangat popular, ia
kemudian dijuluki “Bapak Pencipta Sepatu Roda”.
Olahraga itu kemudian popular di Amerika, Inggris dan Austria. Tahun
1876 terbentuk organisasi sepatu roda di Inggris yang bernama NSA (The
National Skating Association). Tahun 1924 berdiri organisasi sepatu roda
Internasional dengan nama Federasi Internationale de Roller Skating
(FIRS). Sekarang sudah menyebar di 5 benua dengan 42 anggota federasi
nasional.
Kejuaraan dunia diadakan setiap dua tahun sekali dalam nomer Roller
Speed Track, Artistic Roller Skating dan Roller Hockey, untuk Speed
Roller Skating direncanakan diadakan kejuaraan setiap tahun di
Indonesia. Masuknya sepatu roda di Indonesia ketika masa penjajahan
Belanda yang membawa permainan itu ke Indonesia, kemudian menjalar pada
anak-anak orang Indonesia yang kebetulan orang tuanya bekerja pada
Belanda. Tahun 1978 muncul perkumpulan sepatu roda yang diselenggarakan
Ikatan Mahasiswa Djakarta (Imada), dan pada tanggal 7 Oktober 1979
terbentuk Pengda Perserosi DKI Jakarta. Pada tanggal 24 – 26 April 1981
dilaksanakan Munas Perserosi I, diikuti oleh 10 utusan Pengda Perserosi.
Dan dalam Munas Perserosi I resmi terbentuk PB. Perserosi dengan 14
anggota Pengda yaitu Aceh, Sumut, Sumbar, Sumsel, Jabar, Jateng, Jatim,
Kaltim, Sulsel, Sulut, Sulteng, Riau, Bengkulu, dan DKI Jakarta.
Peraturan Pertandingan
Peraturan pertandingan berlaku untuk semua perlombaan sepatu roda di
seluruh wilayah Indonesia. Peraturan perlombaan ini bersifat mengikat
dan merupakan pedoman pokok bagi setiap anggota Perserosi yang mengikuti
perlombaan sepatu roda.
Perlombaan sepatu roda dibagi dalam kelompok umur untuk putra dan putri, yaitu :
A = kelompok 6 – 9 tahun
B = kelompok 10 – 12 tahun
C = kelompok 13 – 16 tahun
D = kelompok 17 tahun ke atas
E = kelompok bebas
Peserta haruslah anggota Perserosi Daerah, mempunyai tanda anggota
Perserosi, memakai seragam perkumpulan, memakai nomer peserta dan harus
sehat rohani dan jasmani. Nomor pertandingan dalam sepatu roda terdiri :
sprint 200, 400, 500 meter, estafet, ketangkasan dan jarak menengah.
Untuk ketangkasan dibagi beberapa nomor lagi yaitu : jumping, menerobos
gawang, zig-zag, lompat ban, jumping balance, angka delapan, mundur,
zig-zag melebar, lompat jauh dan membentuk huruf S.